Tuesday, September 25, 2007

Buka Bareng Lagi Yuk...

Di sini kita pernah bertemu
Mencari warna seindah pelangi
Ketika kau hulurkan tanganmu
Membawaku ke daerah yang baru
Dan hidupku kini ceria
(Brothers: Untukmu Teman)

Ramadhan dulu sekali...

Seolah hilang rasa lapar dan dahaga ketika bertemu kalian. Bersama berkumpul dalam kegembiraan berjumpa dengan Tuhan. Bukankah salah satu kegembiraan di bulan ini berjumpa dengan Tuhanmu? selain berjumpa dengan kalian juga sahabat (Jurusan T. Sipil '03). Tapi maaf ... ketidakhadiran buka bareng kemarin bukan disengaja. Tapi apa masih perlu penjelasan soal ketidakhadiran? Saya yakin jawabannya gak perlu, udah lewat...

Sepertinya kita (terutama saya nih) masih perlu banyak belajar soal kebersamaan ya. Seperti halnya kita mesti banyak belajar soal Islam. Bukankah Islam yang mengajarkan kita tentang pentingnya kebersamaan.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Ar Rahman akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang." (Maryam 96)

Dan belum cukupkah pelajaran yang diberikan oleh para sahabat untuk kita tentang arti kebersamaan? kebersamaan yang ini bukanlah tentang ikatan-ikatan semu: darah, kabilah, wilayah, ras atau warna kulit. Tidakkah cukup... pelajaran dari mereka yang mampu duduk sejajar dan mesra dalam sebuah majelis mulia, Abu Bakar yang seorang bangsawan Arab, Shuhaib imigran Romawi, Salman pengembara Persia, juga... Bilal, bekas budak Negro Habasyah.

Jelas kita pantas malu... pada mereka. So, kapan buka bareng lagi??? ditunggu. Tapi jangan minta saya jadi sponsor atau donatur ya Vir. He... he...


Sunday, September 23, 2007

Standar Hidup Seorang Mukmin


Banyak orang yang merasa sudah modern kemudian meninggalkan agamanya. Para remaja seringkali malu-malu ketika ingin memasuki komunitas yang selalu berupaya meninggikan risalah yang dibawa muhammad ini, karena takut dicap 'gak gaul. Dan -meminjam istilah mbak Riza ST- takut dikatakan 'berwajah akhirat' (afwan mbak istilahnya dipinjam tanpa izin dan gak ada rencana untuk dipulangin ;-> ). Padahal, kali ini mengutip dari Ustadz M.Anis Matta, LC beliau katakan , "Menjadi mukmin itu mahal. Sangat Mahal."

Gak percaya, baik gak masalah tapi ente jangan kaget mendengar hadits berikut yang menjadi standar hidup seorang mukmin (diambil dari bukunya Salim A. Fillah pada bab dengan judul yang sama)

"Tiga kunci kebahagian seorang laki-laki: (1)isteri salihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang, jika kamu pergi membuatmu merasa aman karena bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu. (2) kendaraan yang baik, yang bisa mengantar kemanapun pergi. Dan, (3) rumah yang lapang, damai, penuh kasih sayang..." (HR Abu Dawud)

Tuh benarkan... Tapi mengapa yang menjadi standar kebahagiaan seorang lelaki tiga faktor tersebut...

untuk faktor pertama (1)

(gak perlu dibahas lagi, udah jelas) diceritakan pake nasyid aje ye...
Mencipta rumahnya, seindah surga
Menjaga akhlaqnya sebening mata
Qana'ah selendangnya dalam rumahtangga
Sejuk di kalbunya, tunduk pandangnya
(Suara Persaudaraan: Permata Dunia)

Untuk faktor kedua (2)

Kendaraan, dikatakan Salim, penting dan signifikan. Bisa mengantarkan kemanapun untuk berjuang. Contohnya pesawat pribadi dengan hanggar sendiri, tapi ingat bukan untuk sekadar foya-foya, for jihad men... tapi kalau belum ada ya kita bisa bernasyid lagi

Inilah dia kuda beroda dua
Kuda tunggangan tercanggih milik kita
Berlari dengan kecepatan sahaja
Memburu waktu alternatif yang ada

Sebuah kendaraan motor roda dua
Buatan pabrik dua windu kala
(Suara Persaudaraan: Zuhud III)

Jadi kalau belum ada pesawat pribadi, motor pabrikan dua windu kala juga okeh tu...

Faktor Ketiga (3)
Giamana ya bentuk rumah yang lapang, damai, penuh kasih sayang? Pastilah rumah yang menjadikan kita tenteram tapi tidak terlena. Menjadikan kita senang di dalamnya, tetapi juga membuat bersemangat untuk keluar berjihad. Meredakan lelah, tetapi juga menyalakan energi baru. Jadi bukan yang hanya luas dan lapang dalam bentuk fisiknya aja euy...

Nah jelaskan kalau standar mukmin itu luar biasa dan jelas jauh dari materialistik.