Monday, May 19, 2008

Aksi Pawai Sepeda Kritisi FFI di Riau

BWM UNRI: FFI=Festival Folitik I'edan

Puluhan aktifis BEM Unri turun ke jalan. Mereka menentang digunakannya APBD Riau untuk ajang FFI. Menurut mereka FFI tak ubahnya permainan politik gila.

Riauterkini-PEKANBARU- Sekitar pukul 16.30 WIB, Jumat (30/11) puluhan aktifis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Riau (Unri) menggelar aksi turun ke jalan. Aksi ini sebagai bentuk penolakan terhadap keputusan Gubernur Riau M Rusli Zainal mengalokasikan APBD Riau Rp 7,2 miliar untuk pergeralan Festivas Film Indonesia (FFI) 14 Desember mendatang.

Aksi BEM Unri kali ini dipusatkan di bundaran air mancur Jalan Jendral Sudirman. Para pendemo membawa sejumlah poster dan sebuah spanduk bertuliskan "Selamat Datang Festival Folitik Iedan di Provinsi Risau". Selain itu berorasi, para pengunjuk rasa juga menggelar teatrikal menggambarkan sebuah pesta pora di tengah duka masyarakat Riau yang masih banyak terhimpin kemiskinan dan kebodohan.

Dalam aksi teatrikal tersebut, sepasang mahasiswa berperan sebagai bintang film. Selain mendapat kalungan bunga, sang mahasiwi memegang sebuah "Piala Citra". Keduanya tertawa-tawa sambil memadang belasan mahasiswa yang bergelimpangan yang menggambarkan masyarakat Riau yang kelaparan dan bodoh.

Aksi teatrikal tersebut tak urung menarik perhatian para pengguna jalan. Arus lalu-lintas agak tersendat karena sejumlah kedaraan meperlambat laju karena ingin melihat aksi para mahasiswa. Untuk menjaga segala kemungkinan buruk, nampak sejumlah polisi melakuka pengamanan.

Presiden BEM Unri Fajri Ariefyanto dalam orasinya menegakan, bahwa aksi yang digelar sebagai bentuk penyadaran kepada Gubernur Riau bahwa kebijakannya sangat jauh bertentangan dengan program pengentasan kemiskinan dan kebodohan. "Pemprov dan masyarakat Riau harus sadar, bahwa FFI tak lebih dari hura-hura. Pesta pora di tengah penderitaan masyarakat Riau yang masih banyak kelaparan dan bodoh," kritiknya dalam orasi.

Kegiatan lain yang dilakukan mahasiswa selama sekitar satu setengah jam berdemo adalah membagikan selebaran kepada para pengguna jalan. Sebelum membubarkan diri, Fajri menegaskan aksi petang tadi merupakan permulaan dari aksi penentangan FFI di Pekanbaru. "Ini baru awal, kita akan terus menentang pemborosan uang rakyat untuk pesta pora tak berguna bernama FFI," tegasnya.***(mad/yd)

HUT RIAU DI GEDUNG RAKYAT BERJALAN AMAN
Massa KAMMI, BEM UNRI dan UIR Marah
09 Aug 2007 16:35 wib
Dodi Devira

PEKANBARU (RiauInfo) - Dikala beberapa pejabat Riau melakukan Rapat Paripurna Istimewah DPRD Provinsi Riau bersempena Hari Ulang Tahun Emas ke-50 Riau, ribuan massa yang terdiri dari massa SEGERA, KAMMI dan BEM UNRI-UIR mengelar aksi demo di depan Gedung Rakyat. Dari pantauan RiauInfo dilapangan Hut Riau di Gedung Rakyat (DPRD Riau) berjalan aman.

Hanya saja dalam aksi demo KAMMI, BEM UNRI dan UIR marah dan memberontak karena aspirasi mereka tak didengarkan. Oleh karena itu, lebih kurang ratusan massa KAMMI, BEM UNRI dan UIR. Saking kesalnya, mereka yang telah lama menunggu didepan pintu pagar Kantor DPRD Riau langsung melemparkan lebih kurang 20 buah tomat dan beberapa kota emas dari karton yang bertuliskan macam-macam.

50 tahun sudah usia Provinsi Riau. Masyarakat, pemerintah dan seluruh elemen daerah mesti menjadikannya sebagai motivasi tersendiri untuk melanjutkan langkah kedepan menuju Riau sejahtera. "Kita menginginkan wajah Riau kedepan wajah yang lebih baik. Kita menginginkan kondidi Riau lebih baik dari berbagai prospek seperti politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, pendidikan dan lingkungan," ungkap Presiden BEM UIR, Fajri Ariefyanto kepada RiauInfo disela orasi di depan Kantor DPRD Riau, Kamis (9/8).

Menurut Fajri, perpolitikan daerah ini (Riau) masih saja menyisakan ruang bagi politisi busuk yang kerap menjulurkan lidahnya menggerogoti APBD setiap tahunnya. Sistem sosial juga belum mampu membersihkan dirinya dari kungkungan premanisme dan bandit-bandit sosial yang tidak kalah bobroknya dengan aparat penegak hukum. Belum lagi budaya Riau, yang semakin tergerus dengan pemahaman nilai-nilai kemelayuan sebatas simbol dan uniform.

Kondisi lingkungan yang semakin memprihatikan akibat perselingkuhan sejati si penguasa culas dengan pengusaha berhati srigala. Lalu ironisnya, pendidikan telah menjadi komoditias politik untuk dimanfaatkan sebagai magnet pengumpulan alokasi anggaran sebanyak-banyaknya bagi kepentingan sang koruptor. Tiga misi utama yang pelaksanaan otonomi daerah juga nyaris diabaikan. Pertama, kualitas dan kuantitas pelayanan publik yang belum sebanding dengan anggaran yang dimiliki. Kedua, efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya daerah yang masih amburadul dan ketiga, belum adanya pemberdayaan dan penciptaak ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Adapun bentuk dari tuntutan KAMMI, BEM UNRI dan UIR adalah wujudkan kepemimpinan daerah yang jujur, amanah, dan tegas sebagai pemegang hak otoritas eksekusi kebijakan, percepatan penciptaan iklim partisipasi publik, tegakan hukum dengan benar dan bebaskan dunia pendidikan dari jerat-jerat ketidakadilan tangan-tangan koruptor.

Sementara itu, Ketua DPRD Riau, drh.H.Chaidir MM menambahkan semua aspirasi yang telah disampaikan tersebut diterima. "Bahan ini akan kami jadikan kajian untuk kedepannya. Sehingga semua permasalahan yang ada saat ini dapat kita atasi dengan baik," tandasnya. (Dd)