Saturday, November 10, 2007

Menangislah Wahai Pahlawan

DEMO PAHLAWAN: Puluhan aktivis BEM Unri memperingati Hari Pahlawan 2007 dengan menggelar aksi keprihatinan dengan berdemo di tepi jalan dan berziarah ke Taman Makam Pahlawan, Sabtu (10/11). Mahasiswa prihatin perjuangan para pahlawan dikhianati (Riauterkini.com)

Kepada rekan-rekan BEMers tetaplah berjuang. Karena perjuangan ini telah terlanjur kita mulai.

Sunday, October 28, 2007

Sedikit saja...

Sedikit saja, di Hari peringatan Sumpah Pemuda yang diikrarkan 79 tahun silam, 28 Oktober 1928, kuperdengarkan pesan Chairil Anwar dan tulang-tulang berserakan lainnya untuk kalian wahai para pemuda…

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami Cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Dan, bertanyalah kita, Apakah makna yang kita berikan kepada mereka, tulang-tulang berserakan itu? Apakah memang tak ada lagi wanita di negeri ini yang mampu melahirkan pemuda sejati? Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu melahirkan pemuda seperti Khalid bin Walid?

Ataukah, tak ada lagi ibu yang mau, seperti kata Taufiq Ismail di tahun 1966, “merelakan kalian pergi berdemonstrasi… karena kalian pergi menyempurnakan… kemerdekaan ini.”

Relakan kami ibu… relakan kami… Allahuakbar…

Thursday, October 25, 2007

Puisi Sang Pejuang

Wahai Jiwa,
Kau harus turun berlaga, atau
Kupaksa kau turun
Mengapa kau tampak enggan
Menggapai surga


Saya terhenyak...

Benar, saya terhenyak ketika membaca bait puisi ini. Ada sesuatu di dalamnya. Ada sebentuk kekuatan yang begitu menghentakkan dan mengguggah. Entah apa yang ada di balik puisi ini yang begitu memiliki kekuatan yang teramat dahsyat. Mungkin ini berlebihan, mungkin pula saya hanya terbawa suasana hening dan tenang. Tapi bagaimanapun bait puisi ini begitu mengguggah.

Saya lanjutkan membaca agar mengetahui bagaimana puisi ini tercipta...

... Ketika itu, pasukan Muslim sedang mengalami sebuah situasi sulit dalam perang Mu'tah. Abdullah bin Rawahah sekejap merasa keraguan di dalam hatinya dalam menghadapi maut. Dengan mengumpulkan segenap keberanian atas rasa cinta dan rindu kepada Tuhannya beliau mengusir keraguan itu dengan puisi. Dan terciptalah bait puisi seperti yang saya tuliskan di atas. Setelah itu keberaniannya kembali terkumpul. Ia pun maju, bertempur dan menggapai cita-citanya: SYAHID di jalan Allah.

Subhanallah, pantas saja...

Ada fenomena unik yang masih belum saya temukan jawabannya secara memuaskan. yaitu hubungan yang saya anggap misterius antara para pejuang sejati dengan puisi dan sastra. Bahkan sosok yang terkenal berkarakter keras dan tegas seperti Umar bin Khattab pun menganjurkan sastra untuk anak-anak. Karena sastra, kata Umar, dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani.

Rasulullan saw sendiri menyukai puisi dan menghapal beberapa bait puisi Arab kuno serta mengenal para penyair. Para sahabat di zaman Rasul saw dan sesudahnya juga menggunakan puisi sebagai cara untuk membangkitkan semangat.

Di kalangan para ulama dan aktivis dakwah zaman ini juga kita juga temukan hal yang sama. Buka dan bacalah karya-karya Dr. Yusuf Qardhawi, Ghazali dan... bukankah salah satu kekuatan tafsir Fi Dzilalil Qur'an, karya Sayyid Quthb, adalah kekuatan sastranya? bahkan Imam Syafi'i dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mewariskan kumpulan puisinya untuk kita.

Fenomena ini, kata Anis Matta dalam karyanya mencari pahlawan Indonesia, menjelaskan bahwa para pahlawan sejati selalu menyimpan kelembutan hati yang membuat nuraninya senantiasa bergetar setiap kali menyaksikan berbagai peristiwa yang mengharu biru; yang membuat semangatnya menggelora setiap kali ia menghadapi tantangan dan panggilan kepahlawanan; yang membuat kesedihannya menyawat jiwa setiap kali ia menyaksikan kezaliman, kepapaan dan kenestapaan; yang membuat kerinduannya mendayu-dayu setiap kali ia diingatkan pada cita-citanya. Intinya, kelembutan jiwa memberikan mereka kemampuan mengapresiasikan kehidupan secara baik dan intens.

MAKA...

Pantas saja saya terhenyak membaca bait puisi di atas karena ia tercipta memang untuk mereka yang begitu rindu meneruskan jejak langkah para PAHLAWAN.

(Tulisan di blog ini terinspirasi ketika tenggelam dalam karya indah dan bermakna Anis Matta, ‘Mencari Pahlawan Indonesia’)

Tuesday, October 23, 2007

Dinasti Ming, Membangun Khilafah Islam di Cina

Kagum dengan Christopher Colombus yang berhasil menemukan benua Amerika pada tahun 1492? Atau Vasco da Gama yang berlhasil melakukan pelayaran dari Portugis ke India pada tahun 1497? Saya juga kagum dengan mereka, tapi lebih kagum lagi dengan tokoh yang satu ini: Laksamana Cheng Ho (Zheng He).

Selama hidupnya, Cheng Ho melakukan petualangan antar benua selama 7 kali berturut-turut dalam kurun waktu 28 tahun (1405-1433). Tak kurang dari 30 negara di Asia, Timur Tengah, dan Afrika pernah disinggahinya. Wah... hebat sekali. Pelayarannya bahkan lebih awal 87 tahun dibandingkan Columbus.

Laksamana Cheng Ho hidup pada masa Dinasti Ming di China. Dinasti Ming adalah masa kekuasaan Islam di China. Ternyata Islam pernah berkuasa di China ya? Makanya pada postingan kali ini saya tertarik untuk menulis tentang Dinasti Ming di Cina, lain kali kita cerita tentang laksamana Cheng Ho ya...



Gbr. Masjid yang pernah dibangun di masa kekuasaan Dinasti Ming. Berlokasi di kota Yin Chuan


Dinasti Ming muncul setelah masa kekuasaan Dinasti Yuan (Mongol), dimana pada akhir kekuasaannya Dinasti Yuan sedang digegoroti oleh krisis moneter berkepanjangan. Pengelolaan uang kertas yang sembarangan membuat nilai mata uang itu turun. Kepercayaan mata uang kertas yang diberi nama yuan (sesuai dengan nama dinasti yang berkuasa) pun hilang. Selain itu Kaisar Mongol juga harus membiayai pembangunan kanal dari utara ke selatan, menghubungkan Sungai Huang Ho dan Yang Tse Kiang. Keadaan ekonomipun dengan cepat berubah menjadi kacau. Kesejahteraan rakyat terpuruk sehingga pemberontakan rakyatpun tidak bisa dibendung. Kekuatan pemberontak terhimpun dari kalangan pekerja yang membangun kanal. Mereka dipimpin oleh seorang pemuda Muslim bernama Chu Yuan Chang.

Chu adalah menantu dari seorang jenderal muslim bernama Kok Tze Hin. Panglima Kok Tze Hin menyerahkan pasukan yang berada di bawah perintahnya kepada Chu Yuan Chang. Pasukan ini berasal dari wilayah sekitar Yang Tse Kiang. Kemudian para pemuda Han pun ikut bergabung.

Dengan strategi yang disusun oleh Panglima Chu Yuan Chang dan bantuan yang diberikan oleh isterinya, Putri Peony yang muslimah, akhirnya mereka berhasil merebut kota Nanking yang berada di daerah selatan sungai Yang Tze Kiang. Pasukan rakyat saat itu juga berhasil menyerbu ke utara dan berhasil merebut kota Peking, ibukota Khanbalik.

Chu Yuan Chang akhirnya mengumumkan pembentukan pemerintahan Dinasti Ming. Chu mengambil nama Ming dengan pertimbagan dia ingin nama dinastinya bermakna sama dengan gelar Madinah. Ming berarti Al Munawarah yang berarti gilang gemilang. Panglima Chu Yuan Chang muncul sebagai kaisar pertama dari Dinasti Ming (1368-1644 M). Dia dipanggil dengan Kaisar Hung Wu, tetapi sejarah lebih mengenalnya sebagai Kaisar Chu Yuan Chang dan isterinya dipanggil Ratu Ma (Ratu Muhammad). (dari berbagai sumber)

Saturday, October 20, 2007

Catatan Sebuah Perjalanan...

Di masa pembangunan ini,” kata Chairil Anwar mengenang Diponegoro, “Tuan hidup kembali. Dan bara kagum menjadi api.


Perjalanan liburan kampus yang menyenangkan…
Sumatera Barat… mendengar daerah itu disebut, dalam pikiran saya langsung tergambar sebuah pemandangan indah dengan hamparan sawah hijau yang begitu menyejukkan mata siapapun yang memandang. Kehidupan masyarakat yang identik dengan Islam dimana surau atau masaji’ (Masjid) dijadikan benar-benar sebagai pusat peradaban (bukan hanya pusat peribadatan). Anak-anak dengan kupiyah dan kerudung bersicepat untuk sampai ke surau belajar mengaji di petang hari. Anak-anak remaja perempuan yang tak pernah sudi meninggalkan pakaian taqwanya walau di seberang sana orang-orang sedang terlena dan dinina-bobokan oleh proyek ghozwul fikrinya musuh-musuh Allah.
Pantas saja kemudian dari tempat ini lahir nama-nama besar yang kemudian menjadi tokoh yang amat disegani dan dihormati. Sebut saja Hatta, syahrir, Hamka, Natsir, bahkan Tan Malaka dan masih banyak lagi yang lain yang dicatat oleh sejarah negeri ini. Mereka berangkat dari berbagai sudut pandang ide dan gagasan yang berbeda, tak jadi soal. Begitulah tatanan kehidupan urang minang berkontribusi bagi bangsa ini. Bahkan ibu kota negarapun pernah dipindahkan ke daerah ini (baca: Bukit Tinggi).
Tapi… Sebuah pertanyaan selalu begitu mengganggu saya ketika kembali melihat kondisi kekinian saat ini. Dimana ibu-ibu urang awak sekarang seolah merajuk tidak mau melahirkan kembali para pahlawan bagi negeri ini. Apakah ini ‘masa kevakuman’ tokoh bagi orang minang?
Sayang sekali ‘masa kevakuman’ ini datang tepat ketika akhir-akhir ini krisis besar melanda negeri. Masa ketika kata Anis Matta “kita justru mengalami kelangkaan pahlawan”. Inikah yang diprediksikan oleh Anis sebagai “ isyarat kematian sebuah bangsa”?.” Jangan… janganlah kiranya malapetaka sakratulmaut itu terjadi,” ujar Taufiq Ismail.
Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan berkunjung ke tanah kelahiran orang tua di suatu daerah kecil di Sumatera Barat: Payakumbuh… Koto Baru-Sarik Laweh tepatnya. Tempat yang sangat menyenangkan… menikmati keindahan ciptaan Maha Pencipta. Dari atas bukit menyaksikan hamparan sawah hijau seolah permadani indah terbentang begitu luasnya ditemani udara sejuk menyegarkan. Subhanallah…
Tapi…
Satu hal yang tak saya temui tentang kehidupan orang Sumbar seperti yang tergambar dalam pikiran saya. Surau yang menjadi pusat peradaban kini seolah tak berfungsi, tidak ada lagi anak-anak dengan pakaian muslim belajar mengaji di sana. Anak-anak mudo juga tak menampakkan dirinya di sana. Apakah perubahan ini yang menyebabkan tidak lahirnya lagi tokoh-tokoh anutan dari negeri minang?

Wallahualam, Tapi yang jelas kita masih berharap dan merindukan kehadiran “pahlawan-pahlawan” yang membawa kita menuju perbaikan. Seperti Chairil Anwar tahun itu, 1943, merindukan Diponegoro. Seperti juga kita saat ini. Saat ini benar kita merindukan Pahlawan itu. Membawa kita dari hantaman krisis demi krisis yang telah meluluhlantakkan satu per satu sendi bangunan negeri kita. Negeri yang hampir seperti kapal pecah yang tak jemu-jemu dihantam gunungan ombak.

Sebagai orang Indonesia, walau tidak lahir di negeri Minang Kabau, saya bangga dengan daerah ini dan masih berharap serta merindukan kelahiran Hamka, Natsir, Syharir, dan Hatta baru dari asuhan seorang bundo urang minang yang akan memecahkan negeri dari kebuntuan. Mudah-mudahan…

Friday, October 19, 2007

Toilet Berbentuk Perempuan Berjilbab di Israel

Israel kembali melakukan penghinaan terhadap simbol-simbol Islam. Media massa Israel baru-baru ini melansir foto sarana buang air kecil yang dikeluarkan sebuah perusahaan di Israel, berbentuk perempuan berjilbab.

Jenis tempat buang air kecil ini, menurut media massa Israel sangat laris di p asaran Israel.

Sejumlah sumber seperti dikutip Albawaba menyebutkan bahwa bentuk toilet itu memang diarahkan untuk menghina simbol Islam dan kaum Muslimin. Produk pertamanya berasal dari AS dan diimpor ke Israel. Kini, bentuk toilet seperti ini sangat banyak didapati di Israel. (eramuslim.com)

Wednesday, October 3, 2007


"Taqobbalallahu Minna Waminkum, Shiyamana wa shiyamukum, Kullu 'Aamin wa Antum Bikhoir"

Kami mengucapkan selamat hari raya 'Idul Fitri 1427 H, semoga amal ibadah kita selama Ramadhan diterima oleh Allah SWT.

Teriring pula ucapan mohon maaf lahir batin atas segala kesalahan dan kekhilafan kami, baik yang disengaja maupun tidak. Semoga Allah memberikan berkah bagi kita semua dengan saling memaafkan.

Semoga Allah mempertemukan kita kembali di Ramadhan tahun yang akan datang, amin.

Tuesday, September 25, 2007

Buka Bareng Lagi Yuk...

Di sini kita pernah bertemu
Mencari warna seindah pelangi
Ketika kau hulurkan tanganmu
Membawaku ke daerah yang baru
Dan hidupku kini ceria
(Brothers: Untukmu Teman)

Ramadhan dulu sekali...

Seolah hilang rasa lapar dan dahaga ketika bertemu kalian. Bersama berkumpul dalam kegembiraan berjumpa dengan Tuhan. Bukankah salah satu kegembiraan di bulan ini berjumpa dengan Tuhanmu? selain berjumpa dengan kalian juga sahabat (Jurusan T. Sipil '03). Tapi maaf ... ketidakhadiran buka bareng kemarin bukan disengaja. Tapi apa masih perlu penjelasan soal ketidakhadiran? Saya yakin jawabannya gak perlu, udah lewat...

Sepertinya kita (terutama saya nih) masih perlu banyak belajar soal kebersamaan ya. Seperti halnya kita mesti banyak belajar soal Islam. Bukankah Islam yang mengajarkan kita tentang pentingnya kebersamaan.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Ar Rahman akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang." (Maryam 96)

Dan belum cukupkah pelajaran yang diberikan oleh para sahabat untuk kita tentang arti kebersamaan? kebersamaan yang ini bukanlah tentang ikatan-ikatan semu: darah, kabilah, wilayah, ras atau warna kulit. Tidakkah cukup... pelajaran dari mereka yang mampu duduk sejajar dan mesra dalam sebuah majelis mulia, Abu Bakar yang seorang bangsawan Arab, Shuhaib imigran Romawi, Salman pengembara Persia, juga... Bilal, bekas budak Negro Habasyah.

Jelas kita pantas malu... pada mereka. So, kapan buka bareng lagi??? ditunggu. Tapi jangan minta saya jadi sponsor atau donatur ya Vir. He... he...


Sunday, September 23, 2007

Standar Hidup Seorang Mukmin


Banyak orang yang merasa sudah modern kemudian meninggalkan agamanya. Para remaja seringkali malu-malu ketika ingin memasuki komunitas yang selalu berupaya meninggikan risalah yang dibawa muhammad ini, karena takut dicap 'gak gaul. Dan -meminjam istilah mbak Riza ST- takut dikatakan 'berwajah akhirat' (afwan mbak istilahnya dipinjam tanpa izin dan gak ada rencana untuk dipulangin ;-> ). Padahal, kali ini mengutip dari Ustadz M.Anis Matta, LC beliau katakan , "Menjadi mukmin itu mahal. Sangat Mahal."

Gak percaya, baik gak masalah tapi ente jangan kaget mendengar hadits berikut yang menjadi standar hidup seorang mukmin (diambil dari bukunya Salim A. Fillah pada bab dengan judul yang sama)

"Tiga kunci kebahagian seorang laki-laki: (1)isteri salihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang, jika kamu pergi membuatmu merasa aman karena bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu. (2) kendaraan yang baik, yang bisa mengantar kemanapun pergi. Dan, (3) rumah yang lapang, damai, penuh kasih sayang..." (HR Abu Dawud)

Tuh benarkan... Tapi mengapa yang menjadi standar kebahagiaan seorang lelaki tiga faktor tersebut...

untuk faktor pertama (1)

(gak perlu dibahas lagi, udah jelas) diceritakan pake nasyid aje ye...
Mencipta rumahnya, seindah surga
Menjaga akhlaqnya sebening mata
Qana'ah selendangnya dalam rumahtangga
Sejuk di kalbunya, tunduk pandangnya
(Suara Persaudaraan: Permata Dunia)

Untuk faktor kedua (2)

Kendaraan, dikatakan Salim, penting dan signifikan. Bisa mengantarkan kemanapun untuk berjuang. Contohnya pesawat pribadi dengan hanggar sendiri, tapi ingat bukan untuk sekadar foya-foya, for jihad men... tapi kalau belum ada ya kita bisa bernasyid lagi

Inilah dia kuda beroda dua
Kuda tunggangan tercanggih milik kita
Berlari dengan kecepatan sahaja
Memburu waktu alternatif yang ada

Sebuah kendaraan motor roda dua
Buatan pabrik dua windu kala
(Suara Persaudaraan: Zuhud III)

Jadi kalau belum ada pesawat pribadi, motor pabrikan dua windu kala juga okeh tu...

Faktor Ketiga (3)
Giamana ya bentuk rumah yang lapang, damai, penuh kasih sayang? Pastilah rumah yang menjadikan kita tenteram tapi tidak terlena. Menjadikan kita senang di dalamnya, tetapi juga membuat bersemangat untuk keluar berjihad. Meredakan lelah, tetapi juga menyalakan energi baru. Jadi bukan yang hanya luas dan lapang dalam bentuk fisiknya aja euy...

Nah jelaskan kalau standar mukmin itu luar biasa dan jelas jauh dari materialistik.

Wednesday, July 11, 2007

Demam Avatar





Avatar Saban Hari Kunjungi Sekre Joeang

Ada fenomena menarik di kalangan komunitas ‘antik’ di sekitar saya hari-hari ini. Dikatakan komunitas antik karena mereka adalah orang-orang aneh yang melakukan pekerjaan-pekerjaan aneh. Contoh; ngampus itu wajarnya sampai sore tetapi orang-orang ini bisa tetap stay di kampus sampai pagi kalau sedang banyak-banyaknya pekerjaan organisasi. Fenomenanya adalah tidak pernah mau ketinggalan melototin ’kotak ajaib’ buat menikmati aksi-aksi Aang sang Avatar. Apa yang menarik dari tontonan animasi ini? Nih saya kasih ringkasan ceritanya ya...


Avatar: The Last Airbender mengambil tempat di sebuah dunia fantasi, tempat tinggal manusia, berbagai binatang fantastik, dan roh-roh. Peradaban manusia terbagi-bagi menjadi empat bangsa, Suku Air (Water Tribe), Kerajaan Tanah (Earth Kingdom), Pengembara Udara (Air Nomads), dan Bangsa Api (Fire Nation). Dalam setiap bangsa ada orang-orang yang dipanggil "Bender" (Pembengkok, atau dalam hal ini pengendali) yang memiliki kemampuan mengendalikan unsur alam sesuai bangsa mereka. Seni mengendalikan unsur alam ini merupakan perpaduan gaya seni beladiri dan sihir unsur alam.

Dalam setiap generasi, ada seseorang yang mampu mengendalikan setiap unsur, ialah yang dipanggil sebagai Avatar, roh dari planet yang menitis dalam bentuk manusia. Ketika seorang Avatar meninggal dunia, dia akan terlahir kembali di bangsa yang gilirannya selalu bergantian sesuai dengan siklus Avatar (Avatar Cycle), yang seiring dengan musim: musim dingin untuk air, musim semi untuk tanah, musim panas untuk api, dan musim gugur untuk udara. Legenda mengatakan bahwa seorang Avatar harus mempelajari seni mengendalikan unsur sesuai dengan urutannya, dimulai dengan unsur asli bangsa sang Avatar, namun terkadang urutan ini bisa dilewat jika keadaan memaksa. Mempelajari pengendalian unsur yang berlawanan dengan unsur asli bangsa seseorang adalah hal yang teramat sulit karena perbedaan gaya seni beladiri dan doktrin-doktrinnya.

Seabad sebelum pembukaan cerita serial ini, Aang, seorang anak laki-laki pengendali angin berusia 12 tahun dari Kuil Udara Selatan milik kaum Pengembara Udara, diberitahu oleh para tetua bahwa ia adalah Sang Avatar. Biasanya, seorang Avatar diberitahu jatidirinya sebagai seorang Avatar ketika ia beranjak 16 tahun, namun, para biksu takut akan perang yang terjadi diantara keempat bangsa akan segera terjadi dan dalam waktu singkat seorang Avatar akan diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan kedamaian dunia. Hal ini membuat Aang sangat kebingungan dan tertekan. Singkat cerita, Aang kabur dari Kuil Udara Selatan, namun di tengah jalan ia bertemu dengan badai yang sangat besar dan ia bersama Appa (seekor banteng terbang miliknya) jatuh tenggelam ke dalam laut. Tetapi Aang segera membuat udara dan membekukan air di sekitarnya sehingga Aang dan Appa terkurung di dalam bongkahan es. Dan petualangan dimulai...

Monday, June 4, 2007

Mahasiswa; Bergerak dan Berarti

Mahasiswa; Bergerak dan Berarti

Oleh: Fajri Ariefyanto
Penulis adalah Presiden BEM UNRI 2007-2008, mahasiswa Fakulas Teknik UNRI


Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa terjadinya suatu gerakan perubahan yang ada di sebuah bangsa dilakoni oleh para pemuda. Abdullah bin Masud ketika melihat pemuda yang menuntut ilmu maka dia berkata, ”Selamat ke atas kalian para pemuda wahai pancaran hikmah, penerang kegelapan dan pembaharu hati-hati”.

Secara fitrah, masa muda merupakan jenjang kehidupan manusia yang paling optimal. Dengan kematangan jasmani, perasaaan dan akalnya, sangat wajar jika kemudian pemuda, dalam hal ini juga mahasiswa, memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan sekitar dimiliki oleh pemuda. Pemikiran kritis mereka didambakan untuk melakukan perubahan jika masyarakat terkungkung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Sehingga baik buruknya keadaaan masyarakat kelak, bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa saat ini.

Namun, potensi yang besar jika tidak diposisikan dengan benar tidak saja dapat memberikan kebaikan namun bisa saja menjadi bencana. Ibarat pedang yang tajam, ketajamannya tidak kemudian menjadi penentu bermanfaat-tidaknya pedang tersebut. Orang yang menggenggam pedang itu-lah yang akan menentukannya. Pedang yang tajam bisa saja kemudian digunakan untuk menumpas kebaikan dan mengibarkan panji-panji kemaksiatan, jika dipegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sebaliknya ia bisa bermanfaat bagi orang lain jika berada di tangan yang benar. Demikian pula dengan potensi mahasiswa. Potensi tersebut bisa saja digunakan untuk menjunjung tinggi kebaikan, namun tidak tertutup kemungkinan digunakan untuk memperkokoh kejahatan dan kedurjanaan. Itulah sebabnya, begitu banyak contoh pemuda-mahasiswa yang berjasa menjadi pilar penentu kemajuan suatu peradaban, tetapi tidak sedikit pula di antara mereka yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi peradaban dan menghancurkan kemuliaan suatu tatanan kehidupan.

Permasalahan kita ’kelelahan idealisme’

Hampir tidak ada yang membantah, jika akhir-akhir ini kita dihadapkan pada kondisi kelembagaan mahasiswa yang mesti mendapatkan pembenahan di sana sini. Mulai dari penyelenggaraan organisasi, kesigapan penyikapan isu-isu, hingga peningkatan kualitas mahasiswa sebagai subjek perubahan.

Faktor manusia merupakan hal utama yang selayaknya mendapatkan perhatian dari kita bersama, sehingga dari terbentuknya mahasiswa yang baik dan terbina secara pemikiran, jiwa dan raganya kemudian mampu dengan baik mentransformasikan nilai-nilai kebenaran tersebut dalam ruang gerak kelembagaaan mahasiswa kita.

Namun fenomena yang hari ini terjadi masih jauh dari kondisi yang kita inginkan bersama. Boleh jadi mahasiswa kita hari ini sedang mengalami kelelahan idealisme sebagaimana yang disinyalir oleh Syahrin Harahap dalam bukunya yang berjudul Penegakan Moral Akademik di Dalam dan Di Luar kampus sehingga menjadi pragmatis, terseret arus dan kemudian terjebak di dalamnya. Seperti yang juga dikatakan Aryanto, fenomena yang bisa kita lihat secara gamblang adalah matinya kelompok-kelompok diskusi di sebagian besar kalangan mahasiswa kita. Anehnya, justru yang muncul adalah kelompok-kelompok gosip. Bahkan gosip sekarang tidak lagi lakon tunggal si mahasiswi (baca:perempuan) akan tetapi juga menjangkiti si mahasiswa (baca:laki-laki). Tema-tema gosippun beragam. Misalnya saja, apa merek ponsel? apa merek bedak dan gincu?, tipe cowok/cewek idaman, artis idola, apa merek jeansmu? atau malam mingguan nongkrong di mana?. Bahkan majalah-majalah mode dan remaja menjadi dominan mengisi tas mereka ketimbang buku bacaan yang mencerdaskan. Kita menjadi bangga ketika kita memamerkan tipe HP keluaran terbaru atau merek-merek baju dan parfum terkenal. Atau sekedar memamerkan bagian-bagian tubuh hingga membentuk cetakan dan lekukan yang sebenarnya tidak pantas untuk dipamerkan.

Seruan untuk calon pengurus kelembagaan

Menjadi pengurus lembaga mahasiswa adalah sebuah pilihan sekaligus panggilan moral. Tidak semua orang mampu melakoninya, apalagi mengakhiri pilihannya tersebut dengan indah dan penuh prestasi. Menjadi pengurus lembaga kemahasiswaan harus siap (secara mental) menerima kritikan. Sebab kalau tidak, mereka akan dilindas oleh kekerdilan jiwa mereka sendiri.

Sudah sepatutnya kemudian jika tanggung jawab yang dilimpahkan kepada pengurus kelembagaan mahasiswa hari ini dilaksanakan sungguh-sungguh demi perbaikan. Sehingga benarlah kemudian jika tradisi perjuangan kita adalah demi menuju perbaikan bersama. lebih jauh, sesungguhnya secara de facto perbaikan yang akan kita perjuangkan ini merupakan tanggung jawab kita bersama seluruh civitas akademika Universitas Riau.

Hidup Mahasiswa...

Mari Bergerak dan Berarti...

Mahasiswa; Bergerak dan Berarti

Mahasiswa; Bergerak dan Berarti

Oleh: Fajri Ariefyanto
Penulis adalah Presiden BEM UNRI 2007-2008, mahasiswa Fakulas Teknik UNRI


Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa terjadinya suatu gerakan perubahan yang ada di sebuah bangsa dilakoni oleh para pemuda. Abdullah bin Masud ketika melihat pemuda yang menuntut ilmu maka dia berkata, ”Selamat ke atas kalian para pemuda wahai pancaran hikmah, penerang kegelapan dan pembaharu hati-hati”.

Secara fitrah, masa muda merupakan jenjang kehidupan manusia yang paling optimal. Dengan kematangan jasmani, perasaaan dan akalnya, sangat wajar jika kemudian pemuda, dalam hal ini juga mahasiswa, memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan sekitar dimiliki oleh pemuda. Pemikiran kritis mereka didambakan untuk melakukan perubahan jika masyarakat terkungkung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Sehingga baik buruknya keadaaan masyarakat kelak, bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa saat ini.

Namun, potensi yang besar jika tidak diposisikan dengan benar tidak saja dapat memberikan kebaikan namun bisa saja menjadi bencana. Ibarat pedang yang tajam, ketajamannya tidak kemudian menjadi penentu bermanfaat-tidaknya pedang tersebut. Orang yang menggenggam pedang itu-lah yang akan menentukannya. Pedang yang tajam bisa saja kemudian digunakan untuk menumpas kebaikan dan mengibarkan panji-panji kemaksiatan, jika dipegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sebaliknya ia bisa bermanfaat bagi orang lain jika berada di tangan yang benar. Demikian pula dengan potensi mahasiswa. Potensi tersebut bisa saja digunakan untuk menjunjung tinggi kebaikan, namun tidak tertutup kemungkinan digunakan untuk memperkokoh kejahatan dan kedurjanaan. Itulah sebabnya, begitu banyak contoh pemuda-mahasiswa yang berjasa menjadi pilar penentu kemajuan suatu peradaban, tetapi tidak sedikit pula di antara mereka yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi peradaban dan menghancurkan kemuliaan suatu tatanan kehidupan.

Permasalahan kita ’kelelahan idealisme’

Hampir tidak ada yang membantah, jika akhir-akhir ini kita dihadapkan pada kondisi kelembagaan mahasiswa yang mesti mendapatkan pembenahan di sana sini. Mulai dari penyelenggaraan organisasi, kesigapan penyikapan isu-isu, hingga peningkatan kualitas mahasiswa sebagai subjek perubahan.

Faktor manusia merupakan hal utama yang selayaknya mendapatkan perhatian dari kita bersama, sehingga dari terbentuknya mahasiswa yang baik dan terbina secara pemikiran, jiwa dan raganya kemudian mampu dengan baik mentransformasikan nilai-nilai kebenaran tersebut dalam ruang gerak kelembagaaan mahasiswa kita.

Namun fenomena yang hari ini terjadi masih jauh dari kondisi yang kita inginkan bersama. Boleh jadi mahasiswa kita hari ini sedang mengalami kelelahan idealisme sebagaimana yang disinyalir oleh Syahrin Harahap dalam bukunya yang berjudul Penegakan Moral Akademik di Dalam dan Di Luar kampus sehingga menjadi pragmatis, terseret arus dan kemudian terjebak di dalamnya. Seperti yang juga dikatakan Aryanto, fenomena yang bisa kita lihat secara gamblang adalah matinya kelompok-kelompok diskusi di sebagian besar kalangan mahasiswa kita. Anehnya, justru yang muncul adalah kelompok-kelompok gosip. Bahkan gosip sekarang tidak lagi lakon tunggal si mahasiswi (baca:perempuan) akan tetapi juga menjangkiti si mahasiswa (baca:laki-laki). Tema-tema gosippun beragam. Misalnya saja, apa merek ponsel? apa merek bedak dan gincu?, tipe cowok/cewek idaman, artis idola, apa merek jeansmu? atau malam mingguan nongkrong di mana?. Bahkan majalah-majalah mode dan remaja menjadi dominan mengisi tas mereka ketimbang buku bacaan yang mencerdaskan. Kita menjadi bangga ketika kita memamerkan tipe HP keluaran terbaru atau merek-merek baju dan parfum terkenal. Atau sekedar memamerkan bagian-bagian tubuh hingga membentuk cetakan dan lekukan yang sebenarnya tidak pantas untuk dipamerkan.

Seruan untuk calon pengurus kelembagaan

Menjadi pengurus lembaga mahasiswa adalah sebuah pilihan sekaligus panggilan moral. Tidak semua orang mampu melakoninya, apalagi mengakhiri pilihannya tersebut dengan indah dan penuh prestasi. Menjadi pengurus lembaga kemahasiswaan harus siap (secara mental) menerima kritikan. Sebab kalau tidak, mereka akan dilindas oleh kekerdilan jiwa mereka sendiri.

Sudah sepatutnya kemudian jika tanggung jawab yang dilimpahkan kepada pengurus kelembagaan mahasiswa hari ini dilaksanakan sungguh-sungguh demi perbaikan. Sehingga benarlah kemudian jika tradisi perjuangan kita adalah demi menuju perbaikan bersama. lebih jauh, sesungguhnya secara de facto perbaikan yang akan kita perjuangkan ini merupakan tanggung jawab kita bersama seluruh civitas akademika Universitas Riau.

Hidup Mahasiswa...

Mari Bergerak dan Berarti...

Thursday, May 31, 2007

Sekedar Mengingatkan 'kiriman seorang teman'

Aneh..
from 'Hani'


Aneh melihat orang pacaran
kenapa 'berbuka' sebelum waktunya

Aneh
karena toh jodoh sudah ditentukan
kenapa pilih jalan yang salah untuk meraihnya

Tapi yang lebih aneh
kulihat para 'aktifis'
yang katanya anti pacaran
yang selama ini dijadikan panutan
dan contoh untuk ikhwah lain
dan adik-adiknya

terus-terus mencuri pandang
padahal
menundukkan pandangan
jauh lebih suci dan menenangkan

sembunyi-sembunyi sms ini itu
padahal isinya tak perlu

kadang juga terang-terangan email si dia
bilangnya sih ada yang penting
padahal terselip niat agar bisa mendekat

merekayasa kebaikan bagi si dia
titip ini titip itu

begitu antusias begitu menyangkut dia
tapi begitu berat saat amanah dakwah menanti

lupakah antum
masih banyak amanah da'wah yang harus dipikul
lupakah antum dengan penderitaan saudara-saudara kita
kenapa pikiran hanya seputar dia

tidakkah bisa antum bersabar
menunggu saat berbuka kelak
dari 'haraman fahisyan ke halalan thoyiban'

bukankah masih banyak obyek da'wah yang menanti
mengapa menghabiskan waktu untuk si dia
yang belum tentu tulang rusuk antum , ikhwah

bukankah da'wah harus berjalan di jalan yang lurus
bukankah harus di atas embun-embun keikhlasan
Di tetes-tetes ketawakalan dan di atas kesucian hati

Bukankah da'wah ditopang oleh pengembannya yang lurus
dengan sucinya hati


****************************************************************
Allah Ghayatuna-Muhammad Qudwatuna-Al-Quran Dusturuna-Jihad Sabiluna-Syahid Asma'amanina
**************************************************************************

Saturday, May 26, 2007

Penghargaan PII

Penghargaan bagi 11 Insinyur
Kamis, 24 Mei 2007 19:44 WIB

TEMPO Interaktif, BANDUNG:Penghargaan diberikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro yang juga Ketua Dewan Penasihat PII dalam pembukaan Rapat Pimpinan Nasional 2007 dan peringatan hari ulang tahun ke-55 PII di Gedung Merdeka Bandung kemarin. Acara yang dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu juga dihadiri sejumlah pejabat termasuk Menkokesra Aburizal Bakrie dan Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan. Penghargaan Darma Bakti Kehormatan diberikan kepada Achmad Noe’man, pencipta logo PII. Pria kelahiran Garut 10 Oktober 1926 lulusan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung 1958 itu dinilai telah menghasilkan karya arsitektur yang monumental, seperti Mesjid Salman ITB Bandung. Sedangkan penghargaan Darma Bakti Profesi diberikan kepada Ciputra, developer yang dinilai telah memberi inspirasi terhadap industri properti terutama pada pengembangan kota mandiri. Lulusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung tahun 1960 itu dianggap berdedikasi cukup tinggi terhadap pengembangan karya arsitektur tanah air. Sembilan insinyur lainnya menerima penghargaan atas dedikasi dalam pengembangan energi terbarukan dan penghematan energi. Mereka adalah Kamarudin Abdullah (ITB), Hasan Hambali (Yayasan Heritage), Eddy Permadi (PT Cihanjuang Bandung), Tri Mumpuni (IBEKA), Djoni Bustan (Universitas Sriwijaya Palembang), John Budi Harjanto (Universitas Atmajaya Jakarta), Jimmy Priatman (UK Petra Surabaya), Eddy Prianto (Universitas Diponegoro Semarang), dan Sekartono (Sekjen BKM PII). Kamarudin Abdullah telah mengembangkan pengering tenaga surya untuk meningkatkan nilai tambah usaha pertanian dan perikanan. Hasan Hambali mengembangkan kincir angin untuk pemompaan dan penyediaan listrik sesuai iklim Indonesia. Sedangkan Eddy Permadi mengembangkan turbin air skala turbin crossflow, turbin propeler, turbin celup kapasitas 100 watt serta perangkat elektrikalnya. Produk-produk yang dihasilkan sudah terpasang ratusan unit dengan kapasitas 100 – 200 kilowatt di berbagai tempat di Indonesia. Penghargaan bagi Tri Mumpuni diberikan karena dia membantu pengadaan listrik lebih dari 50 desa di berbagai pelosok Indonesia dengan memanfaatkan energi air skala kecil. Djoni Bustan berhasil membuat peralatan yang dapat memproduksi bahan bakar pengganti minyak yang berasal dari minyak sawit, ampas tebu, dan batubara. Sedangkan John Budi Harjanto menciptakan alat penyejuk udara yang dirancang khusus untuk daerah tropis. Sementara Jimmy Priatman telah menghasilkan karya-karya rancangan gedung hemat energi. Begitu pula Eddy Prianto yang telah mendesain banyak rumah hemat energi khusus rumah tinggal dengan memperhatikan semua aspek yang mempengaruhi penggunaan energi di rumah. Sekartono dinilai sangat aktif mendukung kegiatan konservasi energi dengan merintis implementasi hemat energi pada bangunan sesuai IMB untuk DKI Jakarta.
rana akbari fitriawan

Monday, May 21, 2007

Pemuda milik zamannya

Mimpi... begitu banyak impian yang kita punya... kawan. Sebuah perjalanan kehidupan dengan fragmen-fragmen yang pasti akan kita lewati. Impian tentang cara-cara saya dan kita semua menghiasi tiap fragmen yang tengah kita jalani. Paling tidak saat ini... ketika fragmen kita tepat menunjukkan lakon sebagai sang kekuatan moral (baca: mahasiswa), yang katanya sih lapisan tercerahkan idealis, terpelajar telah menjadi kelas sosial tersendiri dan mempunyai mimpi tersendiri juga.

Tapi- terus terang - impian yang kita punya masih impian
kelas pekerja (American dream), yang selalu akan menjadi mesin penggerak kekuatan produksi dan melumuri dirinya dengan minyak wangi kemajuan. dan -terus terang juga- saya juga pernah terjebak dengan impian seperti itu. Bayangkan berhasil lulus tepat 4 tahun, IPK minimal 4.5, dan senyum ayah bunda membayar perjuangan keras selama kuliah, dapat pekerjaan layak atau beasiswa ke luar negeri, kemudian merajut rumah tangga dengan tenang. ukh... tampak indah bukan? tapi selain keindahan itu apa memang tidak ada yang bisa kita berikan agar kita bisa bermanfaat bagi orang lain saat fragmen mahasiswa (dan pemuda) ini kita perankan. Dan kesempatan itu di depan mata kawan... bahkan terkesan... maaf... memaksa diriku. Dan mohon maaf sekali lagi I can't brother.

Suatu malam yang dingin... saya teringat, raga ini memang bukan milik kita, tapi telah terbeli dengan perniagaan yang sangat sempurna, dan lebih abadi tentu. Setiap jejak langkah kita, akan menorehkan sebuah janji tuk selalu tegar melangkah dalam perjuangan suci ini. Ingatlah, ketika kita telah berlepas diri dari kafilah ini, jalan suci itu akan selalu ramai dengan derap langkah kaki pejuang-pejuangnya, yang menorehkan jejak-jejak suci, bertaburan debu revolusi. Perasaan itu bergelanyut lagi... Dan bismillah... bantu aku untuk kuat Akh...

Bahagialah Para Pembelajar


Hidup adalah tumbuh kembang. Hidup haruslah identik dengan perubahan membaik. Perubahan sendiri, tak akan pernah ada tanpa aktifitas pembelajaran.